Harga lahan di luar tiga kota utama Jepang naik untuk pertama kalinya sejak ledakan properti pada 1990-an, memberi pertanda akan adanya pemulihan ekonomi di bawah pimpinan Perdana Menteri Shinzo Abe merembes hingga ke kota kecil.
Berdasarkan data Kementerian Pertanahan Jepang, rata-rata harga lahan di luar kota besar seperti Tokyo, Osaka, dan Nagoya mencatatkan kenaikan 0,4% pada 1 Januari dibandingkan dengan tahun sebelumnya, naik untuk pertama kalinya sejak 1992.
Saat kenaikan harga lahan memberikan pertanda akan adanya perbaikan ekonomi di bawah pimpinan Abe, sejumlah analis memperingatkan bahwa jumlah pasokan kredit properti murah yang banyak membuat Bank of Japan lebih terbuka pada pelonggaran kebijakan moneter dan bisa memberikan risiko akan penggembungan properti.
Data kementerian tersebut juga menunjukkan, kenaikan harga properti di luar Tokyo, Osaka, dan Nagoya seperti di Fukuoka, Sapporo, Hiroshima, dan Sendai lebih sedikit dan terbatas dibandingkan dengan kota lainnya.
Kawasan perbelanjaan Ginza menjadi lokasi dengan kenaikan harga lahan tertinggi menjadi 57,2 juta yen per meter persegi. Harga tersebut jauh di atas harga 38,5 juta yen per meter persegi pada penggelembungan properti 1991 silam.